Gaji tinggi dan fasilitas menarik seringkali menjadi alasan utama banyak orang ingin bekerja di Jepang. Namun, tidak jarang juga pekerja asing memilih mengundurkan diri sebelum genap satu tahun bekerja di sana.
Salah satu penyebab utamanya adalah budaya kerja Jepang yang terkenal sangat disiplin dan penuh tekanan. Banyak profesional internasional, termasuk dari Indonesia, merasa kewalahan menghadapi aturan ketat, lembur yang rutin, serta struktur hierarki yang kaku di lingkungan kerja Jepang.
Melalui artikel ini, kamu akan mempelajari cara menghadapi tantangan tersebut dan beradaptasi dengan budaya kerja Jepang yang unik.
1. Kuasai “Aisatsu (挨拶)” (Sopan Santun Dasar)
Aisatsu (挨拶) adalah fondasi dari semua interaksi profesional di Jepang. Ini bukan sekadar salam biasa, melainkan bentuk penghormatan yang menunjukkan keseriusan kamu terhadap pekerjaan dan rekan kerja. Mulailah hari kamu dengan mengucapkan “ohayou gozaimasu (おはようございます)” (selamat pagi) kepada semua kolega yang kamu temui, terutama saat tiba di kantor. Ucapan ini menunjukkan energi positif dan rasa hormat yang mendalam.
Selain itu, kuasai teknik “Ojigi (お辞儀)” atau membungkuk dengan benar. Saat menyapa atasan atau klien, lakukan membungkuk 15 derajat sambil menjaga kontak mata singkat. Sudut membungkuk yang tepat menunjukkan tingkat rasa hormat kamu semakin tinggi posisi orang tersebut, semakin dalam membungkuk kamu.
Memberikan kesan pertama sebagai orang yang menghormati budaya lokal tidak hanya membuat kamu diterima dengan baik, tetapi juga membuka pintu untuk hubungan kerja yang lebih harmonis di masa depan.
2. Jam Kerja: Datang Lebih Awal, Pulang Lebih Lambat
Sistem jam kerja di perusahaan Jepang memiliki filosofi tersendiri yang berbeda dari kebanyakan negara Barat. Datang 10 menit sebelum jam masuk resmi dianggap sebagai “tepat waktu,” bukan awal dari jam kerja kamu.
Keterlambatan bahkan sebesar 5 menit dapat meninggalkan kesan negatif yang berlangsung lama. Ini bukan hanya tentang disiplin waktu, tetapi tentang menunjukkan komitmen kamu terhadap perusahaan.
Begitu juga dengan pulang kerja. Pulang sebelum atasan kamu keluar dari kantor sering dianggap tidak sopan, kecuali kamu memiliki izin khusus atau ada alasan mendesak. Budaya ini terkait dengan konsep loyalitas dan dedikasi yang tinggi dalam dunia kerja Jepang.
Jika kamu merasa waktu menunggu cukup lama, bawa buku catatan kecil atau tugas administratif untuk mengisi waktu tersebut sambil tetap berada di tempat kerja. Ini menunjukkan bahwa kamu produktif dan serius dengan pekerjaan kamu.
3. Pahami Sistem “Hourensou (報連相)” (Laporan Rutin)
Salah satu aspek paling penting dari budaya kerja Jepang adalah sistem hourensou (報連相), yang terdiri dari tiga komponen utama:
- houkoku (報告) (lapor)
- renraku (連絡) (koordinasi)
- soudan (相談) (konsultasi)
Ketiga elemen tersebut wajib dilakukan pada setiap tahap pekerjaan kamu, tidak peduli seberapa kecil atau besar proyek tersebut. Sistem ini dirancang untuk memastikan transparansi penuh dan mencegah kesalahan komunikasi yang dapat merugikan tim.
Banyak pekerja Indonesia yang dulunya bekerja di perusahaan dengan budaya kerja lebih fleksibel sering kali dianggap tidak kooperatif karena mengerjakan tugas tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan atasan atau rekan tim.
Di Jepang, mengerjakan sesuatu sendirian tanpa meminta input dari orang lain dapat dianggap sebagai bentuk ketidakpercayaan terhadap kemampuan tim. Oleh karena itu, selalu mulai dengan soudan (相談) (minta saran), laporkan kemajuan secara berkala, dan koordinasikan setiap langkah dengan rekan kerja kamu.
4. Hindari “No” Langsung
Budaya Jepang menghargai harmoni dan menghindari konflik terbuka, yang dikenal dengan konsep “Wa (和)” atau keseimbangan. Mengatakan “tidak” secara langsung sering dianggap kasar dan dapat merusak hubungan tim.
Alih-alih mengatakan “Saya tidak setuju,” gunakan frasa yang lebih halus seperti “Mungkin bisa dipertimbangkan alternatif ini…” atau “Itu adalah ide yang menarik, namun bagaimana jika kita juga mempertimbangkan…?”
Teknik komunikasi ini disebut “high-context communication” di mana pesan yang sesungguhnya tersembunyi di balik kata-kata yang diucapkan. Jika kamu tidak memahami sesuatu, mengangguk perlahan sambil mendengarkan adalah hal yang normal, bahkan jika kamu tidak sepenuhnya memahami.
Kemudian, klarifikasi secara pribadi dengan rekan kerja atau atasan kamu di waktu yang lebih tepat. Pendekatan ini menunjukkan kesederhanaan dan kemauan kamu untuk memahami sebelum mengambil keputusan.
5. Lembur? Siapkan Mental dan Fisik!
Fenomena lembur di Jepang merupakan realitas yang sulit dihindari. Data dari JP Labour Bureau (2023) menunjukkan bahwa sekitar 63% pekerja di Tokyo menghabiskan lebih dari 20 jam per bulan untuk lembur.
Namun, lembur di sana bukan sekadar soal pekerjaan yang menumpuk, melainkan bentuk dedikasi terhadap penyelesaian proyek dan kepuasan klien. Karena itu, sangat penting bagi kamu untuk mempersiapkan fisik dan mental guna menghadapi ritme kerja seperti ini.
Siapkan strategi bertahan: stok kopi kaleng di meja kerja kamu untuk menjaga stamina, bantal kecil yang nyaman untuk istirahat singkat, dan mie instan di laci untuk makanan cepat saat perut lapar.
Lebih penting lagi, tidur yang cukup pada hari-hari biasa akan membantu kamu mempertahankan energi saat lembur.
6. “Giri (義理)” vs “Ninjou (人情)” (Kewajiban vs Keseganan)
Konsep giri (義理) (kewajiban sosial) dan ninjou (人情) (perasaan kemanusiaan) adalah dua pilar fundamental dalam masyarakat Jepang. Di lingkungan kerja, ini diterjemahkan menjadi kewajiban sosial untuk berpartisipasi dalam acara tim, meskipun kamu merasa lelah setelah jam kerja.
Menolak ajakan minum setelah kerja dengan teman-teman kantor (nomikai 飲み会) dapat dianggap sebagai bentuk tidak menghargai terhadap hubungan tim dan tidak menunjukkan loyalitas.
Namun, kamu tidak perlu tinggal hingga akhir acara. Ikuti acara selama 1-2 jam, tunjukkan wajah bahagia kamu, dan kemudian pamit dengan cara yang sopan.
Katakan sesuatu seperti “Maaf, saya harus pulang karena ada sesuatu yang perlu saya urus” sambil berterima kasih kepada semua orang atas kesempatan yang diberikan. Partisipasi kamu dalam acara sosial ini akan memperkuat ikatan tim dan membuat kamu dianggap sebagai bagian dari keluarga kerja.
7. Jaga Penampilan “Salaryman Standard“
Penampilan fisik memiliki peran penting dalam budaya kerja Jepang. Dress code di perusahaan Jepang sangat ketat dan harus diikuti dengan konsisten. Pilih warna yang profesional seperti hitam, navy, atau abu-abu untuk pakaian utama kamu.
Hindari warna-warna cerah atau mencolok yang dapat dianggap tidak profesional atau bahkan tidak menghormati lingkungan kerja yang formal. Aksesoris harus diminimalkan dengan pilih jam tangan sederhana dan elegan, dan hindari mengenakan cincin yang berlebihan atau perhiasan yang mencolok.
Untuk rambut, pria harus menjaga rambut tetap pendek dan rapi, sementara wanita sebaiknya mengikat rambut mereka dengan rapi, terutama saat bertemu dengan klien atau menghadiri pertemuan penting. Penampilan yang tertib menunjukkan bahwa kamu menghormati budaya perusahaan dan siap untuk merepresentasikan organisasi dengan baik.
Kesimpulan
Bertahan di perusahaan Jepang bukan tentang seberapa keras kamu bekerja, tetapi seberapa cepat kamu beradaptasi dengan budayanya yang unik dan kompleks. Kesuksesan dalam lingkungan kerja Jepang dimulai dari hal-hal kecil seperti aisatsu (挨拶) yang tulus, memahami filosofi hourensou (報連相), dan menunjukkan komitmen melalui kehadiran dan partisipasi sosial.
Setiap elemen budaya kerja Jepang memiliki alasan mendalam yang terkait dengan nilai-nilai filosofis masyarakat Jepang, termasuk penghormatan, harmoni, loyalitas, dan dedikasi.
Mulailah perjalanan adaptasi kamu dari langkah demi langkah. Jangan berharap untuk sempurna sejak hari pertama, yang terpenting adalah menunjukkan upaya nyata untuk memahami dan menghormati budaya lokal.
Oleh karena itu, sebelum berangkat ke Jepang, penting untuk memahami terlebih dahulu budaya kerja di sana. Pastikan kamu memilih LPK Jepang yang tidak hanya mengajarkan bahasa, tetapi juga membimbing tentang budaya kerja Jepang, seperti Japanka.
Bersiaplah lebih matang dan bergabunglah bersama Japanka untuk memulai perjalanan kariermu di Jepang dengan percaya diri!